Rabu, 15 Desember 2021

Uyun

 So, my first and last movie review (not a review actually) of this year is the Indonesian movie dengan judul Yuni.


Karena tahu bahwa Spidey bakal rilis hari ini, maka kemarin aku bersikeras untuk ke bioskop sendiri demi menonton film karya sutradara keren Kamila Andini. Yuni hanya tayang di 1 bioskop dan jam tayangnya hanya sekali sehari, yaitu jam 16.30 WITA. Aku baru berangkat dari rumah jam 15.50, jalanan macet, dan terutama, harus melawan ketakutanku menyetir mobil sendiri.

Untung ga telat sampe bioskop, bahkan sampe di dalam masih nunggu lama buat filmnya dimulai.


Scene pertama aja udah keren, Yuni lagi ganti baju buat siap-siap ke sekolah. Kamar ungu, tirai ungu, underwear dan bra ungu hehe. Konon katanya, warna ungu adalah simbol warna buat wanita dan perjuangan mereka. Personally, aku yang dari SMP sampai beberapa tahun terakhir suka warna pink, udah mulai beralih ke ungu entah mengapa haha.

Aku gamau cerita semua nter spoiler. Mending kalian yang baca nonton film ini deh selagi sempat, menurutku worth it banget buat ditonton. Banyak isu yang diangkat yang menurutku keren. Kita seakan diajak buat melihat sisi lain kehidupan di pinggiran kota, orangtua Yuni yang merantau ke Jakarta untuk menjadi ART, oma Yuni yang rajin sholat, ikut kelompok pengajian gitu, tapi di sisi lain juga seorang perokok dan percaya banget ama mitos. Film ini tidak ragu membahas beberapa hal "tabu" in proper way, mulai dari masturbasi, seks, sampai orientasi seksual. Pokoknya pemeran pendukungnya pun keren semua, paling favorit ya Suci Cute (baca: cu-te, bukan kyut), freedom abis!

Yang gemesinnya itu adalah Yoga, adik kelas dan pengagum rahasianya teh Yuni (that's how he called her). Sampe rumah yang kupikirkan adalah how cute they were. Chemistrynya dapet banget dan uwu maksimal!!! Aku udah lama follow instagramnya Arawinda Kirana (waktu dia main di film pendek X&Y, gokil sih potential rising star banget, multitalented dan keren orangnya), tapi pas udah nyampe rumah (oke perjalanan pulangku juga warbyasah, hujan, macet, dan embun di kaca luar bikin jarak pandangku terbatas dan harus berhenti 2x buat turun dari mobil dan lap kaca) langsung cari tau ama precious Kevin Ardilova yang ternyata juga main film Seperti Dendam, Rindu Harus dibayar Tuntas yang sayangnya ga tayang di bioskop di kotaku tercinta, keren kan :')


Tapi inti ceritanya sebenarnya adalah, kita sebagai perempuan diperhadapkan dengan kenyataan hidup bahwa tujuan akhir kita (sebelum menjadi tua dan meninggal) adalah menikah dan berkeluarga (baca:melahirkan). Memang jaman sudah maju sekarang, tapi tidak dipungkiri pikiran-pikiran lama masih terbawa sampai sekarang. Yuni juga karena keterbatasan ekonomi keluarga, maka kuliah sebenarnya bukan merupakan opsi pertama yang bisa dia lakukan. Aku bisa melihat bagaimana beberapa kali dia ditanya oleh Ibunya, "Emangnya kamu maunya apa?" dan Yuni pun bingung. Padahal paling pinter di sekolah, bisa dapet beasiswa, tapi ya gitu. Dia suka sains, dia suka menyanyi, dan dia masih ingin mengeksplor banyak hal dalam hidup. Kenyataan yang Yuni hadapi, bahwa dia dilamar oleh orang yang bahkan tidak dia kenal, bahkan yang kedua lebih miris, bikin dia kayak udah ga ada pilihan. Yuni yang bingung jadi makin bingung.

Aku sedikit relate dengan kebingungan yang Yuni rasakan, walau situasinya berbeda jauh. Aku bingung saat mau memilih kuliah, dan 10 tahun kemudian, aku masih saja bingung (bahkan lebih bingung) dengan arah dan tujuan hidupku saat sudah lulus sekolah, tapi sepertinya untuk sekarang ini mau mencoba untuk take my time dulu, and ngomong-ngomong soal menikah, aku punya dua kakak perempuan yang dua-duanya sudah menikah dan aku banyak belajar dari mereka, dan intinya adalah pernikahan itu tidaklah gampang sodara-sodara. (dan kebetulan jodohnya juga belom ada)

Oke back to teh Uyun, tidak hanya sampai di situ, di saat lagi bingung-bingungnya nih, eh kemudian something's happened dan Yuni pun dihadapkan pada masalah terakhir yang merupakan klimaks dari film ini,

dan pada akhirnya, ada dua versi ending, yang pertama versi festival dan kedua versi bioskop.

Silakan nonton sendiri, makin penasaran kan?


*p.s.: di scene dia lagi ngobrol ama Bapaknya di teras, aku langsung banjir air mata dong. sesedih itu.

**p.s.: aku jarang banget nonton film tahun ini, jadi dengan adanya review ini menunjukkan bahwa Yuni emang semenarik itu (for me, personally) 💜

Tidak ada komentar: